Indonesia Hadapi Geopolitik Global: Jalan Terjal di Antara Kepentingan dan Kewaspadaan

Dunia tidak sedang baik-baik saja.

Dan Indonesia, meskipun jauh dari pusat konflik, tetap terkena imbas. Entah dari krisis ekonomi, tekanan blok global, atau tarik-menarik investasi strategis—semuanya perlahan menggerus ruang gerak negara ini.

Pertanyaannya: bagaimana seharusnya kita menyikapi ini semua?


🌏 Indonesia: Tidak Lagi Bisa Netral?

Selama ini, banyak pihak memuji posisi Indonesia yang “bebas aktif”—tidak berpihak, tapi tetap terlibat. Tapi di tahun 2025, definisi itu semakin kabur. Ketika perang, embargo, dan perebutan pengaruh teknologi terjadi, bisa diam justru dianggap lemah.

Apakah kita terlalu berhati-hati? Atau memang sedang bermain aman sambil membaca situasi?

Beberapa diplomat mengatakan ini strategi. Tapi publik melihatnya sebagai ketidaktegasan.


🔍 Pro: Diplomasi Tanpa Perang Itu Jalan Damai

Kalau dilihat dari sisi positif, posisi netral ini memberi Indonesia keuntungan. Kita bisa tetap berdagang dengan dua pihak yang sedang berseteru. Kita juga masih dipercaya menjadi tuan rumah berbagai pertemuan internasional, seperti G20 sebelumnya.

Negara lain berebut panggung. Indonesia? Menjadi panggungnya itu sendiri.


⚠️ Kontra: Terlalu Hati-hati Justru Tidak Relevan

Namun kritik keras pun datang. Di saat negara-negara seperti Korea Selatan dan Australia mulai bersikap tegas terhadap isu global, Indonesia malah hanya mengeluarkan pernyataan pers dengan kalimat normatif.

“Kami prihatin dan berharap semua pihak menahan diri.”

Kalimat itu seakan sudah template. Lalu… setelahnya? Tak ada langkah nyata.


💰 Diplomasi vs Investasi: Tarik Ulur Kepentingan

Satu hal yang rumit adalah soal ekonomi. Indonesia memang butuh investasi, dan untuk itu harus tetap ‘bermuka dua’. Hubungan baik dengan Tiongkok? Perlu. Tapi kerja sama dengan Barat juga jangan putus. Akhirnya, kita berdiri di tengah-tengah, di zona abu-abu.

Masalahnya: zona abu-abu tidak selalu nyaman.
Kadang justru jadi celah untuk ditarik ke kanan atau kiri, tergantung siapa yang lebih agresif.


🤝 ASEAN: Persatuan yang Tidak Pernah Satu

Sebagai pemimpin de facto di Asia Tenggara, banyak harapan diletakkan di pundak Indonesia. Tapi kenyataannya, ASEAN sendiri masih lemah dalam menyikapi masalah kawasan. Contohnya krisis Myanmar—ASEAN terbelah dan Indonesia pun hanya bisa jadi fasilitator, bukan penyelesai.

Apakah karena memang struktur ASEAN lemah? Atau karena Indonesia kurang ambisius?


🧩 Di Antara Dua Dunia: Era Baru Tantangan

Kita hidup di masa ketika pemilu di negara lain bisa bikin rupiah goyah. Ketika satu serangan siber bisa melumpuhkan bank nasional. Dunia sudah tidak ada jaraknya lagi.

Dan saat Indonesia hadapi geopolitik global seperti sekarang, sikap setengah hati justru bisa jadi bumerang.


💡 Haruskah Indonesia Lebih Berani?

Kita butuh keberanian untuk bilang “tidak”, ketika kerja sama justru mengancam kedaulatan. Kita juga perlu transparansi dari para pejabat: apa sebenarnya yang dibicarakan dalam forum-forum luar negeri itu?

Karena diplomasi bukan hanya urusan istana—tapi juga soal harga cabai, tarif listrik, dan nasib jutaan pekerja.

Road Trip Kota Kecil Amerika

✍️ Penutup: Jangan Tunggu Terlambat

Indonesia tak bisa terus menunda keputusan. Dunia tidak akan menunggu kita “siap”. Saat ini, bahkan negara kecil pun berani bersuara lantang demi kepentingan nasionalnya.

infografis pro dan kontra indonesia hadapi geopolitik global

Jadi, pertanyaannya:
Apakah Indonesia siap naik kelas dalam diplomasi global, atau tetap bermain aman sampai dilupakan?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to Top
Verified by MonsterInsights